Privat Trip

Privat Trip

Privat Trip

Bagi kawan - kawan yang ingin berkunjung ke jogja kami bisa meyediakan transportasi dan penginapan sesuai permintaan kawan - kawan. Kami siap membawa kawan - kawan keliling kota Sesuai paket yang kami berikan atau sesuai permintaan

Paket Wisata
1. Wisata Gunung
- Gunung Merbabu
- Gunung Merapi
- Gunung Lawu
Dll

2. Wisata Budaya
3. Wisata Religi
4. Wisata Kuliner

Untuk Tranportasi Kami ada Mobil Avansa / New Avansa, Mini Bus, Elf Std / Long Elf
Untuk Harga Paket Wisata Dan tujuan Bisa Langsung Hub

Ardian
08886814707 (tlfn / sms /WA)
7406D249 (BBM)

Sebagai Contoh Paket Wisata Gunung Merbabu




Keterangan Paket Untuk Peserta
1.  Tenda untuk ngecamp, kapasitas 4-5 orang                                                                         
2.  Makan 3 kali
-          Siang, hari pertama di basecamp
Malam, hari pertama di Sabana 2 atau Lokasi Camp
Pagi, hari kedua, di Sabana 2
3. Coffee Break (teh, kopi, susu, jahe susu, dan cemil snack)  2 kali
-          Malam hari saat ngecamp
Pagi hari saat sebelum summit puncak (pengisi perut, sebagai sumber tenaga tambahan peserta)
4. Simaksi pendakian Gn. Merbabu
5. Transportasi Jogja – Basecamp (mobil pribadi, nyaman)
6.  Asuransi Pendakian
7.  Dokumentasi perjalanan
8.  Guide                                                                                                                                                   
9.  Porter                                                                                                                                                  
10.   Air mineral 1.5 lt dari kami (1 botol per orang, nantinya akan diberikan sebelum pendakian, di basecamp, dibawa peserta)
11.   Alat masak beserta gas untuk keperluan memasak di gunung
12.   Alat makan dan minum
13.   P3K
14.   Survival Kit 

Rp. 3.250.000/pack (5 orang peserta)
pembayaran 50% dapat dilakukan selambatnya 1 minggu sebelum hari  H, dengan cara transfer rekening.
Pembayaran pelunasan dilakukan H- 1 sebelum keberangkatan.
Besar keinginan kami untuk dapat menawarkan harga yang lebih ekonomis, berhubung jarak kota jogja ke selo, boyolali, lumayan jauh, 80 km, dan jarang ada akses umum, sehingga kami harus menyediakan kendaraan pribadi.
Selain itu, jalur track pendakian Gn. Merbabu via Selo adalah jalur yang panjang, sehingga memerlukan pengawasan dan pendampingan dari penyelenggara agar perjalanan anda semua makin nyaman, tanpa perlu membebankan peserta, hehe.
Oleh karenanya, maka kami pikir harga tersebut sudah cukup ekonomis melihat berbagai kemudahan yang sudah kami tawarkan di paket.

#Harga Sewaktu-waktu dapat berubah

7 Tempat Paling Romantis untuk Melihat Bunga Edelweis di Indonesia


Setiap perjalanan yang dilakoni di Indonesia akan memberi sensasi yang begitu berbeda. Tak heran kalau banyak orang yang menyebut-nyebut Indonesia sebagai surga dunia dalam bentuk konkrit. Mulai dari bagian paling barat di Pulau Weh, Rote di paling Selatan, dan Marauke yang jadi ujung timur, semuanya menawarkan pengalaman untuk jadikan hidup lebih berharga.

Salah satu pilihan pesona di Indonesia adalah melihat kecantikan tumbuhan di tempat-tempat dengan panorama fantastis. Yang paling familiar dengan para pelancong adalah edelweis. Bunga yang biasa ada di ketinggian 1.800 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut ini memang menarik untuk diburu keberadaannya. Kalau kamu juga tertarik, tempat-tempat ini yang harus dikunjungi.


1. Plawangan Sembalun
Lokasinya ada di gunung Rinjani yang terkenal akan golden sunrisenya itu. Kamu bisa temukan padang edelweis di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut, tepat satu kilometer sebelum puncak Rinjani. Berada di sepanjang jalur pendakian, edelweis dengan cantiknya berpadu dengan pemandangan Danau Segara Anak.



2. Lembah Mandalawangi
Berlokasi di gunung Pangrango, Jawa Barat, keindahan 'savana' edelweis ini bahkan pernah tertuang dalam bait-bait puisi milik Su Hok Gie. Gie adalah seorang aktivis orde baru yang juga seorang pecinta alam. Hamparan edelweis di sini terlihat lebih epik dengan background gunung yang berselimut 'karpet hijau' yang begitu menyejukkan.
Lembah Mandalawangi. | via: yukpiknik.com 

3. Alun-alun Suryakencana
Kamu bisa mencapai Suryakencana dengan berjalan kaki sekitar 3 sampai 5 jam dari pintu masuk jalur pendakian guung putri. Selain keindahan edelweis, mitos yang berkembang di tempat ini adalah suara depat kaki kuda prajurit Pangeran Surya Kencana yang tak bisa didengar oleh sembarang orang.
Alun-alun Suryakencana. | via: wiranurmansyah.com

4. Gunung Lawu
Sejauh ini, hanya di jalur pendakian gunung Lawu kamu bisa dapati bunga edelweis dengan warna yang sedikit berbeda, yakni ungu. Namun, untuk melihatnya butuh sedikit perjuangan. Tak selalu ada di saat edelweis berwarna lain mulai mekar, sekalipun ada letaknya bisa di tepian dengan jurang menganga sebagai pemandangannya, atau tersembunyi di antara warma putih dan cokelat yang jadi dominan bagi edelweis.
Gunung Lawu. | via: jimzzz.wordpress.com

5. Gunung Merbabu
Edelweis jadi magnet tersendiri bagi para pendaki yang melalui jalur pendakian Selo, mulai dari Tuk Pakis hingga Sabana I dan Sabana II. Hamparan edelweis seluas 50 hektare ini ada di ketinggian 2.700 hingga 2.750 meter di atas permukaan laut. Seakan pemandangan ini jadi bukti petualangan ke Gunung Merbabu.
Gunung Merbabu. | via: ruliamrullah.wordpress.com

6. Kalimati
Puncak tertinggi Jawa bukanlah satu-satunya godaan untuk berkunjung ke Semeru. Kalau melewati Kalimati, kamu langsung akan menemukan hamparan edelweis yang tak boleh dilewatkan. Melihat edelweis berlatar belakang kerut puncak sang mahameru memang jadi satu potret yang tak akan dilupakan.
Kalimati. | via: wiranurmansyah.com

7. Tegal Alun
Berada di jalur pendakian gunung Papandayan, hamparan edelweis jadi panorama dominan saat kamu melepaskan pandangan di Tegal Alun. Tak boleh mendirikan tenda, sebaiknya kamu berangkat sebelum matahari terbit. Melihat sinar mentari hangat yang turun dan menimpa hamparan Edelweis adalah pemandangan yang bisa kamu 'bawa pulang' atas kenangan mendaki Papandayan.
Tegal Alun. | via: yukpiknik.com
Tak hanya menikmati panorama padang edelweis yang terhampar dengan begitu indahnya, kamu juga sebaiknya ikut menjaga kelestarian bunga yang juga dikenal dengan nama leontopodium alpinum ini dengan tidak memetiknya. Kalau punya rekomendasi tempat lain di Indonesia untuk melihat bunga edelweis, langsung tambahkan di kolom komentar aja.

Sumber
http://www.bintang.com

446 Pendaki Gotong Royong Punguti Sampah di Sepanjang Jalur Pendakian Semeru

 
Dirjen PSLB3 KLHK, Tuti Hendrawati Mintarsih menanam pohon Kesek yang meruapakan salah satu pohon endemik di Ranupani dalam acara Jambore Sapu Gunung 2016 yang dipusatkan di gunung Semeru, Sabtu (30/4/2016)

SURYAMALANG.COM, LUMAJANG - Kabut mulai reda ketika ratusan relawan yang mengenakan kaus berwarna biru langit berkumpul di lapangan desa Ranu Pani, Senduro Lumajang, Sabtu (30/4/2016).

Para warga desa ikut hadir dalam hajatan Peresmian Kegiatan Jambore Sapu Gunung 2016 yang dipusatkan di lapangan tepi danau Ranu Pani di kaki gunung Semeru itu.

Pagi itu diharapkan jadi tonggak baru penerapan budaya sadar pengelolaan sampah bagi masyarakat, khususnya bagi para pendaki gunung.

Rangkaian acara seremonial dimulai dari panjatan doa secara adat warga sekitar, ikrar Kode Etik Pecinta Alam dan pelepasan burung dan penanaman pohon endemik Ranu Pani.

Aktivitas bersih-bersih sampah mulai dilakukan para relawan yang hadir saat itu.
Tapi aktivitas pembersihan sampah di kawasan gunung Semeru itu hanya awal.
Aksi lebih besar akan berlangsung mulai Minggu (1/5/2016) ketika 446 relawan pendaki dari berbagai komunitas dan organisasi pecinta alam akan memunguti sampah di sepanjang jalur pendakian gunung tertinggi di Jawa itu.

Para relawan pendaki itu bukan hanya datang dari Jatim, tapi banyak juga yang datang langsung dari Jakarta dan Jabar seiring pembukaan kembali jalur pendakian salah satu gunung favorit itu.

“Lima tahun ini minat kegiatan pecinta alam dan pendakian gunung sangat tinggi. Hanya sayangnya mereka kebanyakan lupa membawa pulang sampahny,” ujar Syaiful Rochman, CEO Greeners, koordinator kegiatan Sapu Gunung.

Apa yang disampaikan Syaiful itu merupakan kenyataan yang harus segera diubah.
Kegiatan Sapu Gunung yang merupakan gerakan nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mulai dibuat terobosan.

Aturan dan pengawasan bagi para pendaki untuk membawa semua sampahnya sendiri akan makin ditingkatkan seiring mengembangkan kesadaran para pendaki.
Di sisi lain akan dilakukan pendampingan dan penerapan pengolahan sampah bagi aktivis dan warga desa di Ranu Pani.

Upaya penanganan sampah di jalur pendakian dan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini merupakan pilot project yang diharapkan berhasil.

Maklum, sebagai salah satu gunung berapi yang menjadi incaran banyak pendaki, kondisi keberadaan sampah di sepanjang jalur pendakian Semeru bisa dibilang menjijikkan.
Sahabat Voulenter Semeru (Saver), organisasi pemerhati lingkungan yang memantau kondisi di kawasan Semeru, mencatat tumpukan sampah yang dikumpulkan di sepanjang musim pendakian cukup fantastis.

Saver mencatat di tahun 2014 jumlah sampah selama satu musim pendakian, delapan bulan sebanyak 18 truk sampah.

Di tahun 2015, jumlah sampah per satu musim pendakian mencapai 38 truk.
“Sampah 38 truk itu merupakan sampah yang kami nyatakan tidak bisa diolah karena keterbatasan SDM dan dikirim ke TPA Paras Poncokusumo Malang. Sedangkan selama semusim pendakian tahun lalu ada 8 truk sampah yang memiliki nilai jual,” ujar Cahyo, Koordinator Saver, Minggu (30/4/2016).

Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KHLK, Tuti Hendrawati Mintarsih yang hadir mewakili Menteri LHK di peresmian Jambore Sapu Gunung juga membuka data sampah dari survei yang dilakukan mulai 11-24 April 2016.

Ia menyebut hasil survei di 8 destinasi Taman Nasional di Indonesia menunjukkan terdapat 453 ton sampah dihasilkan oleh 150.688 orang pendaki atau pengunjung setiap tahunnya atau sampah yang dihasilkan sekitar 3 kg per pengunjung.

Sekitar 53 persen (250 ton lebih) merupakan sampah plastik.
Survei itu dilaksanakan di delapan destinasi yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, dan Gunung Prau.

“Saya setuju diberlakukan punish and reward. Pendaki harus mencatat barang bawaanya yang harus dibawa kembali meskipun dalam bentuk sampah. Bagi pendaki yang turun sambil mengambil sampah-sampah lain di perjalanan bisa diberi reward, bisa diberi kaus atau yang lain. Yang melanggar beri sanksi,” tegas Tuti.

Tuti berjanji dalam penyusunan anggaran tahun depan, akan dimasukkan anggaran khusus untuk program pengelolaan sampah.

Tuti yang diampingi Bupati Lumajang, As’at berharap program-program pengelolaan itu bisa saling bersinergi antara pemerintah, masyarakat dan komunitas-komunitas terkait.

Sumber:
http://suryamalang.tribunnews.com
 Penulis: Dyan Rekohadi
Editor: musahadah

18 Tahun sampah dari pendaki di Gunung Salak ini tak terurai

 
Sampah Gunung

 Gunung merupakan tempat yang indah untuk dikunjungi. Tak heran setiap tahunnya banyak pendaki mendatanginya, bukan hanya untuk berwisata tapi jug untuk mencari inspirasi. Namun sayangnya semakin banyaknya pendaki ternyata juga berakibat pada semakin banyaknya sampah di gunung.

Akun instagram @mountainesia merepost sebuah foto bukti sampah plastik tersebut. Sampah ini tak terurai sejak tahun 1998. Artinya, sampai sekarang sudah 18 tahun.

"Bukti sampah dari tahun 1998 hingga kini tidak terurai sepenuhnya tapi mengapa masih membuang sampah di gunung... Lestarikan buang sampah pada tempatnya," tulisnya dikutip brilio.net, Rabu (27/4).




Foto tersebut langsung mendapat like sebanyak 3100an dan lebih dari 46 netizen berkomentar. Mereka menghujat pendaki yang buang sampah sembarangan.

"Bawa carier berat sanggup, masa bawa sampah enggak, parahhh," komentar akun jolpahri.

"Pendaki itu harus menyatu dengan alam bukan merusak alam," timpal akun aziz_doyig.

"Buset itu bulannya 5/98. Orangnya kemana tuh ya sekarang yang buang. Udah punya anak berapa tuh," tambah akun fikarpratama.


By
Septika Shidqiyyah 27 April 2016
https://www.brilio.net  

Mendaki Gunung, "Cara Kami Mensyukuri Nikmat Ilahi"



“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Soe Hok Gie

Mendaki gunung!! Iya inilah yang sekarang menjadi bagian hidup dari orang banyak, tidak hanya saya. Semua rela menghabiskan sebagian waktunya untuk hal yang melelahkan ini. Melelahkan, membahayakan dan entah apalagi, tapi buat saya ini adalah salah satu wujud bagaimana menghargai dan mensyukuri hidup.

Menghargai hidup? Bagaimana bisa dikatakan menghargai hidup, padahal ini membahayakan? Bagi saya hidup ini memang hanyalah sebuah perjalanan dan penantian, menanti hari dimana kita benar-benar harus kembali. Tak ada yang tau dengan cara apa dan dimana kita kembali saat itu nanti. Ini memang membahayakan, membahayakan jika kita tidak pernah mawas diri dan hati-hati. Membahayakan jika kita tidak tahu bagaimana caranya bertingkah yang baik, membahayakan jika kita seenaknya sendiri. Lebih banyak orang yang meninggal di tempat tidur dari pada di gunung. 

Semua bahaya itu tidak akan pernah terjadi pada kita jika kita bisa bercermin diri. Percayalah bahwa Tuhan selalu bersama mereka, jika mereka mau mengingat Tuhannya. Sedikit sekali mereka yang bisa memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya jika ia tidak terjun langsung atau mengalami apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.

Pecinta alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang ini. Dengan ransel berat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka sambil berkata dalam hatinya "ngapain capek capek naik gunung, nggak dapat apa-apa cuma dapet capek, kurang kerjaan banget".

Tak sedikit berpendapat seperti itu, tapi bagi saya dan mungkin sekelompok orang yang sepaham tidaklah bergitu. Cobalah tengok ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan belajar serta ditempa oleh alam. Mandiri, percaya diri, kuat, dan tak pernah menyerah mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika naik hanya untuk menjawab golongan mereka yang tak henti-henti mencibir. Membuktikan bahwa kita berbeda dari mereka yang hanya bisa membual tapi lemah!!

Peduli pada alam membuat kita dan siapapun itu akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan seorang musuh sendiri. Bagaimana tidak, di alam kita diajarkan berbagi meski berbekal kekurangan. Punya sedikit air, makanan, selalu dibagikan dengan ketulusan pada mereka orang lain yang bukan siapa-siapa. Belum kenal dan baru pertama ketemu, entah nanti cukup atau tidak, semua tidak dipedulikan. Semua hanya tentang bagaimana kita bisa berbagi pada mereka yang membutuhkan meskipun kita sendiri penuh keterbatasan.


Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang-orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukkan alam ini, tapi bagaimana kita menaklukkan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah tentang kebersamaan, persaudaraan, pengorbanan dan saling ketergantungan antar sesama.

Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi oleh pandangan masyarakat yang berpikiran negatif terhadap dampak kegiatan ini. Kebakaran, kerusakan lingkungan, kekotoran, dan masih banyak lagi tentang hal negatif yang mereka pikirkan terhadap apa yang kita telah perbuat. Kita sangat kecewa dan menyesalkan atas pemikiran seperti itu, kita sangat menyesalkan atas mereka yang mengaku pecinta alam tapi tidak bisa merawat alam ini. Jangankan merawat, hanya sekedar menjaga saja itu sudah cukup. 

Sekarang ini kebakaran di gunung terjadi dimana-mana, siapa yang disalahkan kalau bukan kita sebagai pendaki gunung. Meskipun kita atas nama pendaki gunung tidak pernah melakukannya dan tidak tau apa-apa. Jika itu perbuatan kita, maka kita bukanlah seorang pendaki atau pecinta alam, tapi mungkin kita adalah bagian dari mereka yang selalu mengeklaim dirinya sebagai pecinta ala.

Memang sangat disayangkan, karena itu hanya menambah citra pendaki menjadi lebih buruk lagi.

Menjadi seperti mereka tak mudahkan? Berusaha menjaga dan mencintai alam tapi selalu dipandang rendah dan negatif. Belum lagi atas pemikiran yang menyinggung soal kematian yang memang tampak lebih dekat pada kita dan mereka yang sering terjun di alam bebas. "Mati muda yang sia-sia", begitulah komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal di awal tadi saya sudah mengatakan, bahwa tidak ada yang tau dengan cara apa dan dimana kita harus kembali. Gunung dan alam hanyalah satu dari sekian alternatif dari suratan takdir. Tidak di gunung pun kalau mau mati ya mati. Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin selamanya juga bisa dianggap kita tidak pernah hidup. Kita tidak akan mengenal dunia ini.

Di puncak gunung kaki kita berpijak, memandang langit yang dekat, mengagumi dan mensyukuri keindahan oleh Sang Pencipta. Di alam disanalah tempat paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan tempat dimana keyakinan diri yang kuat. Jiwa yang penuh semangat dan selalu gembira. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Disanlah pembuktian diri dari pribadi yang egois dan manja menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, lelah dan terkadang rindu rumah memang tetap ada, tapi dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi kita anak manusia.

Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak-injak dan walaupun terkadang dikotori dan disakiti. Ada banyak luka di tangan, ada begitu besar kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habisnya, ada rasa putus asa yang selalu mencemari hati. Tapi semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan dan puncak rasa haus serta lapar. Tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.

Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata-kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu rasanya masih sah-sah saja. Hanya saja jangan terus-terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya berdiri. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia hanya akan kembali ke urat akar dimana dia hidup.

Menghargai hidup adalah salah satu hal yang kita peroleh dari mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal, betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, dimana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki satu kali pula menghargai hidup. Dua kali mendaki dua kali pula menghargai hidup dan begitu seterusnya.

Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam tekanan mental dan fisik, mengendalikan dari segala keterbatasan, juga bagaimana berubah menjadi seorang bunda yang tidak ada henti-hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.

Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kita dan mereka, maka biarkan sajalah karena siapapun orang yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia-sia. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara dimana mereka tidak bisa mengerti dan merasakannya. Karena kami yakin, tidak ada yang sia-sia jika kita iklas melakukannya.

 

Jalur Pendakian Gunung Merbabu 3.142 Mdpl

 
Gunung Merbabu 3.142 Mdpl

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan,Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Jalur pendakian gunung Merbabu cocok sekali untuk para pendaki pemula. Dari mulai jalan datar, bergelombang, agak naik, dan menanjak sampai menanjak sekali ada di jalur pendakian gunung Merbabu. Ditambah lagi hutan homogen, sabana, dan bukit-bukit rumput menghiasi di setiap perjalanan.

Gunung Merbabu memiliki dua puncak tertinggi yakni puncak Syarif (3.119 mdpl) dan Puncak Kenteng Songo/Tianggulasi (3.142 mdpl). 

JALUR PENDAKIAN
Untuk mendaki gunung Merbabu kita diberi beberapa pilihan jalur pendakian. Masing-masing memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Namun pada dasarnya jalur-jalur pendakian tersebut juga memiliki pemandangan yang sama indahnya.Merbabu memiliki 4 jalur pendakian utama yang sering di lalui oleh para pendaki


1. Jalur Selo


Jalur Selo adalah jalur favorit para pendaki dalam pendakian gunung Merbabu. Jalur Selo memiliki tingkat kesulitan yang medium dan cocok sekali untuk pendaki pemula. Pada jalur Selo ini pula pendaki akan mendapati pemandangan yang luar biasa seperti hutan, sabana rumput, bukit, kabut dan lain-lainnya.

Selo adalah nama sebuah desa di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa Selo ini merupakan desa yang terletak di antara gunung Merbabu dan gunung Merapi. Sehingga desa ini bisa dibilang sebagai start-nya pendakian untuk gunung Merbabu dan juga gunung Merapi.

Kita bisa menuju ke desa Selo lewat Magelang ataupun Boyolali. Tips penting sebelum melakukan pendakian ke gunung Merbabu yakni tentukan jalur pendakiannya dulu kemudian cari tahu petunjuk untuk ke sana. Jika dari arah Yogyakarta maka biasanya paling mudah adalah lewat kota Muntilan. Para pendaki bisa naik angkutan umum atau sepeda motor atau mobil. Jika kamu bingung, kamu bisa tanyakan kepada orang saat di Muntilan atau di Boyolali arah menuju Selo. Atau gunakan teknologi di gadgetmu seperti GPS atau Google Maps. 
Peta Via Selo By InfoPendaki.com
 MEMULAI PENDAKIAN

Basecamp – Pos I Dok Malang (2,5 jam)
200 meter pertama, setelah masuk gapura kita akan menemui plang peringatan di larang merokok. Trek menuju pos 1 adalah hutan hijau nan sejuk. Sampailah di Pos 1. Rata-rata butuh 2-3jam untuk sampai ke Pos 1. Di sini kita bisa beristirahat sebentar dan menikmati pemandangan. Pemandangan di Pos 1 berupa semak-semak dan bukit. Istirahat sebentar tidak ada salah nya kan, nikmatin perjalanan toh puncak nya juga gak bakal kemana.

Pos I – Pos II Tikungan Macan (30 menit)
Dari Pos 1 ke Pos 2 rata-rata hanya 30 menit saja. Nah di Pos 2 ini view-nya lebih luas dan lebih bagus. Kita bakal disuguhi bukit-bukit dan jalur tanjakkan yang ekstrim. Di sini kita bisa mendirikan tenda, tapi hal tersebut bukan opsi utama untuk bertenda karena kita masih di 20% perjalanan. Mending buat Foto-foto sebentar kemedian melanjutkan perjalanan. Cukup sekali duakali foto aja ya. Ntar habis batre nya.

Pos II – Sabana I (2,5 jam)
Selepas Pos II baru kita memulai perjalanan menanjak. Namun tenang saja karena di atas akan ada jalur yang datar alias bonus.  Rata-rata butuh waktu 2-2,5jam untuk sampai ke Sabana 1 dari Pos 2. Di sinilah tempat favorit ke-dua untuk mendirikan tenda. Pemandangan yang fantastis dan lahan yang datar cocok sekali untuk mendirikan tenda.Ingat Faforit ke dua berarti ad tempat yang lebih keren lagi untuk mendirikan tenda.

Sabana I – Pos III Batu Tulis (1 jam)

Selanjutnya setelah Sabana I kita akan melewati Pos II. Di sini juga favorit untuk mendirikan tenda. Mulai dari Pos 3 kita bakal disuguhi sabana rumput yang sangat indah. Rata-rata butuh 45 menit – 1jam dari Sabana 1 menuju Pos 3.

Pos III – Sabana II (30 menit)
Sabana II. Nah, ini dia favorit pertama untuk mendirikan tenda. Di sini tempatnya lebih luas dari Sabana I dan ada barisan pepohonan juga. Kita bisa lebih leluasa memilih tempat untuk mendirikan tenda. Di Sabana II ini pemandangannya indah sekali. Butuh 30 menit-45 menit dari Pos II menuju Sabana II. Tips: jika kamu ingin berhasil melihat sunrise di puncak gunung Merbabu maka sebaiknya dirikan tenda di Sabana II karena nantinya kita hanya butuh 1-2jam lagi untuk menuju puncak Merbabu.

Sabana II – Puncak Kenteng Songo (1jam)
Puncak Kenteng Songo 3.142 mdpl (puncak tertinggi Gunung Merbabu). Dibutuhkan sekitar 1jam lagi dari Sabana 2 untuk sampai puncak Kenteng Songo atau Trianggulasi. 

Puncak Kenteng Songo – Puncak Syarif (30 menit)
Puncak Syarif 3.119 mdpl. Puncak Syarif berdekatan dengan Puncak Kenteng Songo/Trianggulasi.

Jika ditotal maka bisa kita kalkulasikan:
Basecamp – Pos I (2,5jam)
Pos I – Pos II (30 menit)
Pos II – Sabana I (2,5jam)
Sabana I – Pos III (1jam)
Pos III – Sabana II (30 menit)
Sabana II – Puncak Kenteng Songo (1jam)
Puncak Kenteng Songo – Puncak Syarif (30 menit)
TOTAL = 8 jam 30 menit perjalanan naik.

Nah, untuk waktu turun gunung biasanya lebih cepat daripada naiknya. Itunglah jika total naik adalah 8jam bisa kita ambil 50-40% menjadi hanya 4jam-6jam waktu yang dibutuhkan untuk turun kembali ke basecamp. (di luar istirahat dan bongkar tenda)

Untuk waktu memulai pendakian gunung Merbabu via Selo paling bagus adalah start dari basecamp pukul 10 pagi atau 1 siang. Bikin tenda bisa di Sabana 1. Jika ingin mengejar sunrise dirikan tenda di Sabana 2. Pagi hari pukul 3 atau 4 start untuk mendaki menuju puncak. Yang kedua adapula pendakian start di malam hari. Untuk malam hari paling bagus start mulai jam 7 malam.

TRANSPORTASI
Selo dari Semarang-Solo
1. Bus Jurusan Semarang-Solo turun di kota boyolali.
2. Bus kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo.
3. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo.

Selo lewat Magelang
1. Bus jur Yogya – Semarang turun di Blabak (sebelum kota Magelang)
2. Angkot ke desa Sawangan disambung mobil bak sayuran ke jurusan Klakah, sambung lagi mobil sayuran ke Selo. Ada juga bus kecil jurusan magelang ke boyolali turun di Selo.
( Tidak disarankan lewat Magelang bila hendak menggunakan kendaraan umum kecuali carter mobil )

Selo dari Yogya-Solo
1. Bus jurusan Yogya-Solo turun di kota Kartasura.
2. Bus jurusan Solo-Semarang turun di terminal Boyolali.
3. Bus Kecil dari Pasar Sapi Boyolali ke Cepogo/Selo
4. Bus kecil dari Pasar Cepogo ke Selo.

2.  Jalur Kopeng (Jalur Thekelan dan Jalur Cunthel)

Jalur Kopeng memiliki pemandangan yang lebih alami dan terjaga. Namun pada jalur ini memiliki trek jalan yang lebih ekstrim ketimbang jalur Selo. Banyak jalan-jalan curam dan menanjak tinggi. Namun pada jalur ini kita bisa menemui kawah dan sumber air jika musim hujan.

Jalur pendakian gunung Merbabu via Kopeng memiliki 2 cabang jalur pendakian yang berbeda namun secara garis besar keduanya memiliki trek yang sama karena berdekatan, yakni jalur Kopeng Thekelan dan jalur Kopeng Cunthel.
Peta Pendakian Jalur Kopeng By InfoPendaki.com


MEMULAI PENDAKIAN Via Chunthel
Basecamp – Pos I Dalan Tengah (1 jam)
Pada jalur pertama kita akan berjalan menyusuri rumah penduduk dan perkebunan.

Pos I – Pos II Watu Putut (1 jam)
Pada jalur Pos I Menuju Pos II kita akan melewati hutan. 

Pos II – Pos III Gerumbul (45 menit)
Pada jalur yang ketiga kita mulai masuk alam terbuka. Nah, mulai dari sini jalur sudah mulai ada yang ekstrim. Nikmatin aja Perjalanan dan pemandangannya.

Pos III – Pos IV Lempong Malang (1 jam)
Jalur keempat sama seperti jalur ketiga yakni trek terjal dan rerumputan. Jika sampai di Pos 4 kita akan bisa melihat antena dari puncak I. Di Pos 4 ini pula terdapat persimpangan dari jalur pendakian lain yakni jalur Wekas. Kita bisa mendirikan tenda di Pos 4 karena lahannya yang luas dan datar serta tidak terlalu jauh dengan puncak. Dari Pos 4 jika kita belok ke kiri maka kita bisa menemui saluran air. Namun saluran ini tersedia hanya pada musim hujan saja.

Pos IV – Pemancar (1,5 jam)
Puncak I Antena adalah lahan yang luas dan berdiri sebuah pemancar tower. 

Pemancar – Persimpangan (1 jam)
Pada jalur ini kita akan mendapati jalan turun-naik. Pada jalur ini kita juga bisa mendapati kawah atau sungai kecil yang disebut “Kali Sowo”. Dan selanjutnya kita akan menemui jalur ekstrim. Kata ekstim bukan untuk menakuti tetapi agar kita lebih waspada.


Persimpangan – Puncak Syarif / Gunung Pregodalem (15 menit)

Persimpangan – Puncak Kenteng Songo/Triangulasi (45 menit)
Terakhir kita menuju Puncak Kentong Songo. Berhati-hatilah karena jalurnya agak menukik.  

Jika ditotal maka bisa kita kalkulasikan:
Basecamp – Pos I (1jam)
Pos I – Pos II (1jam)
Pos II – Pos III (45 menit)
Pos III – Pos IV (1jam)
Pos IV – Pemancar (1,5jam)
Pemancar – Puncak Syarif (1,5jam)
Puncak Syarif – Puncak Kenteng Songo (1jam)

TOTAL dibulatkan menjadi 8jam. Nah, untuk waktu turun gunung biasanya dikurangi 25-50% jadi semisal 8jam waktu yang dibutuhkan untuk naik maka bisa kita bilang untuk turun butuh 4-6jam. 

JALUR PENDAKIAN KOPENG THEKELAN 

Basecamp – Pos Pending (1 jam)
Pada jalur pertama kita akan masuk hutan.  

Pos Pending – Pos I Gumuk (1 jam)
Pada jalur ini jika malam hari kita bisa melihat gemerlap lampu kota Salatiga dan Semarang.

Pos I Gumuk – Pos II Lempong Sampan (1 jam)
Pada jalur ini kita mulai keluar dari hutan dan menuju alam terbuka.

Pos II Lempong Sampan – Pos III Watu Gubuk (1 jam)
Pada Pos 3 kita akan bertemu dengan batu besar yang disebut “Watu Gubuk’ 

Pos III Watu Gubuk – Pos IV Pemancar (1 jam)
Dari pemancar kita akan meneumi persimpangan yang juga merupakan jalur dari Cunthel. 

Pos IV Pemancar – Pos V Helipad (1 jam)
Pada Pos 5 kita akan bertemu juga dengan persimpangan dari jalur via Wekas.

Pos V Helipad – Puncak Syarif (1 jam)

Pucak Syarif – Puncak Kenteng Songo/Triangulasi (1 jam)
Dari puncak Syarif kita turun naik lagi menuju puncak tertinggi gunung Merbabu yakni puncak Kenteng Songo.

Nah, jika ditotalkan kita bisa ambil:
Basecamp – Pos Pending (1jam)
Pos Pending – Pos I Gumuk (1jam)
Pos I Gumuk – Pos II Lempong Sampan (1jam)
Pos II Lempong Sampan – Pos III Watu Gubuk (1jam)
Pos III Watu Gubuk – Pos IV Pemancar (1jam)
Pos IV Pemancar – Pos V Helipad (1jam)
Pos V Helipad – Puncak Syarif (1jam)
Pucak Syarif – Puncak Kenteng Songo/Triangulasi (1jam)

TOTAL adalah 8 jam. Waktu untuk turun gunung sekitar 4-5jam. Nah, kesimpulannya jalur pendakian gunung Merbabu via Kopeng Cunthel dan via Kopeng Thekelan memakan waktu perjalanan yang kurang lebih sama yakni naik sekitar 8jam dan turun 5jam.


3. Jalur Wekas 

 Jalur Wekas adalah jalur pendakian gunung Merbabu yang memiliki trek medium dan pemandangan yang indah. Wekas adalah daerah di kabupaten Magelang. Untuk mencapai Wekas yang perlu kita catat adalah jalan dari Magelang. Kita harus menuju Magelang kota terlebih dahulu. Untuk transportasi kita bisa menggunakan angkutan umum jurusan Yogyakarta – Magelang.
Jalur Pendakian Via Wekas By InfoPendaki.com


 MEMULAI PENDAKIAN

Basecamp – Pos II /Pos I sudah tidak digunakan (3,5jam)
 Cek poin-cek poin yang dapat ditemui adalah: air terjun kecil, pohon ambruk miring, jalan menyamping di sebelah hamparan ilalang, Pos 1 telaga arum, pohon tumbang miring, hutan monyet, jalur pipa ganda, zona bekas hutan terbakar, jalur landai terowongan semak-semak, dan Pos 2.

Pos II – Persimpangan kedua sebelum puncak (4 jam)
Pada jalur ini kita akan sampai pada percabangan atau titik pertemuan dengan jalur via Kopeng Thekelan dan Cunthel. Nah, kita bisa memilih jalur kiri atau jalur kanan. Jika ambil kiri kita akan bertemu dengan Pos Helipad dan tower pemancar. Jika ambil kanan kita akan bertemu bukit seperti biasa.

Persimpangan – Puncak Syarif (30 menit)
Persimpangan menuju Puncak Syarif 

Puncak Syarif – Puncak Kenteng Songo/Trianggulasi (30 menit)
Puncak Kenteng Songo/Trianggulasi 3142 mdpl

Nah, sekarang kita rekap ulang ya :
Basecamp – Pos II (3,5 jam)
Pos II – Persimpangan kedua sebelum puncak (4jam)
Persimpangan – Puncak Syarif (30 menit)
Puncak Syarif – Puncak Kenteng Songo (30 menit)
TOTAL = 8jam 30 menit

Untuk perjalanan turun gunung kita bisa kurangi 20-40% waktunya. Jadi jika 8,5jam untuk naik maka bisa kita ambil 5jam-6jam untuk turun gunung.


TRANSPORTASI
Wekas dari Solo-Semarang
1. Bus Jur. Solo – Semarang, turun di Pasar Sapi (Salatiga)
2. Bus Kecil Jurusan Salatiga -Magelang turun di Pasar Kaponan
3. Carter mobil bak sayuran ke desa Wekas
Wekas Semarang-Yogya
1. Bus Jur. Yogya-Semarang turun di Magelang.
2. Bus Kecil Jurusan Magelang – Salatiga turun di Pasar Kaponan
3. Carter mobil bak sayuran ke desa Wekas

4. Jalur Suwanting 

Jalur pendakian Suwanting adalah jalur baru dalam pendakian Gunung Merbabu. Gunung Merbabu memiliki banyak jalur pendakian antara lain jalur Selo dari Magelang/Boyolali, jalur Kopeng dari Salatiga, jalur Wekas dari Magelang, dan Suwanting dari Magelang. Jalur Selo adalah jalur dengan pemandangan terindah menurut para pendaki. Namun dengan dibukanya jalur baru sekitar pada bulan Maret 2015 yakni jalur Suwanting, yang letaknya tidak jauh dari Selo, maka menambah satu lagi jalur pendakian yang paling indah di gunung Merbabu.

Berdasarkan cerita setempat, jalur Suwanting ini pernah dibuka pada tahun 1990 sampai tahun 1998. Setelah 1998 itulah jalur tersebut ditutup. Dan pada pertengahan Maret 2015 jalur ini dibuka kembali.

Jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting terletak di dusun Suwanting, desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Lokasinya sekitar 4 km dari gardu pandang Ketep.

Peta Jalur Pendakian Via Suwanting
MEMULAI PENDAKIAN

Basecamp Suwanting – Pos 1 (30 menit)
Perjalanan awal setelah meninggalkan basecamp kita akan meninggalkan beberapa rumah warga kemudian setelah keluar dari perumahan lalu melintasi jalan dengan pemandangan kanan kiri ladang warga. Ladang berupa tanaman pegunungan. Suasana sangat sejuk dan trek cenderung datar agak menanjak sedikit. Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 hanya 30 menit – 45 menit. Sebelum sampai Pos 1 kita bertemu dengan hutan pinus (penuh dengan pohon pinus rapat).

Pos 1 – Pos 2 (1,5 jam)
Setelah meninggalkan Pos 1 dan hutan pinus kemudian kita menjumpai trek yang lebih berat dari sebelumnya. Jalur didominasi dengan vegetasi rimbun dan tanjakkan. Dari Pos 2 menuju Pos 3 memakan waktu sekitar 90 menit (1,5 jam).

Pos 2 – Pos 3 (2 jam)
Di Pos 2 inilah biasa para pendaki untuk mendirikan tenda alias ngecamp. Di pos ini pula kita dapat melihat pemandangan gunung Merapi. Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 3 membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Trek jauh lebih sulit dari sebelumnya. Sebelum sampai di Pos 3 kita akan menjumpai sumber air yang bernama “Sendang Dampo Awang”.

Pos 3 – Puncak Keteng Songo (1,5 jam)
Di Pos 3 ini pula juga menjadi tempat favorit untuk ngecamp. Dari Pos 3 ini terlihat pemandangan yang sangat indah yakni gunung Sindoro-Sumbing, Merapi dan beberapa gunung lain tampak sayup-sayup. Perjalanan menuju ke puncak Keteng Songo atau Triangulasi kita akan melewati beberapa bukit dengan tumbuhan rumput yang rimbun. Perbukitan tersebut dinamakan dengan “sabana”. Dari Pos 3 menuju puncak kita akan melewati sabana 1, sabana 2, dan sabana 3. Sabana via jalur Suwanting sama cantiknya dengan jalur via Selo. Hanya 1,5 jam saja untuk summit attack dari Pos 3.

Jika ditotal maka bisa kita kalkulasikan:
Basecamp Suwanting – Pos 1 (30 menit)
Pos 1 – Pos 2 (1,5 jam)
Pos 2 – Pos 3 (2 jam)
Pos 3 – Puncak Keteng Songo (1,5 jam)
TOTAL = 5 jam 30 menit perjalanan naik – 7jam
Perjalanan turun sekitar 4-5 jam.

TIPS PENDAKIAN
  1. Pilihlah hari yang bagus untuk mendaki, usahakan jangan waktu hujan
  2. Latihan fisik seminggu sebelum hari H
  3. Persiapkan tim dan perlengkapan yang akan dibawa . Jangan lupa bawa sesuatu misal benda kesayangan atau tulisan untuk seseorang supaya bisa foto bareng saat di puncak
  4. Tim yang solid adalah 5-8 orang. Jika sedikit usahakan 3 orang (1 orang harus sudah pernah naik gunung)
  5. Jangan sepelekan keselamatan. Pakai sandal atau sepatu gunung dan jaket gunung. Bawa makanan dan air secukupnya jangan terlalu sedikit dan jangan terlalu banyak. Yang paling penting jangan melanggar peraturan dan jangan buang sampah di gunung
  6. Untuk pendakian Merbabu kita bisa naik pagi atau malam. Jika pagi bagusnya pukul 10-13. Jika malam 6-7
  7. Dirikan tenda di tempat yang datar dan usahakan diselimuti pohon atau semak supaya tidak terkena angin gunung langsung
  8. Jika ada anggota kelompok yang tidak bisa melanjutkan perjalanan sebaiknya ditemani. Atau jika sakit parah langsung beritahu dengan kelompok lain.

Sumber
http://infopendaki.com